Senin, 02 Maret 2020

Kemampuan Sosialisasi Anak Terhadap Proses Belajar Di Sekolah


Kemampuan Sosialisasi Anak Terhadap Proses Belajar Di Sekolah

Allah berfirman dalam surah Al-Hujurat ayat 13 yaitu :
“Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui , Maha Teliti.”

Secara umum sosialisasi merupakan proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam  proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Sosialisasi juga merupakan proses interaksi sosial yang menyebabkan seorang individu  mengenal cara berpikir, berperasaan, dan bertingkah laku sehingga membuatnya dapat berperan serta dalam kehidupan masyarakatnya.

Sekolah merupakan salah satu agen sosialisasi bagi seorang anak. Tempat pertemuan anak-anak yang berasal dari latar belakang berbeda, baik suku, bangsa dan budaya. Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian besar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab.

Sejak dini seorang anak telah dilatih bersosialisasi dalam keluarganya. Penanaman moral dan nilai-nilai positif dalam keluarga sangatlah penting sebagai bekal anak untuk menghadapi kelompok sosial yang lebih besar. Anak yang memiliki kemampuan bersosialisasi lebih baik akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Sebagai contoh ketika pertama kali seorang anak mendaftar dan mengikuti kegiatan sekolah baik pada tingkat TK ataupun SD. Pada saat ini akan terlihat berbagai macam reaksi yang akan timbul dari anak tersebut. Reaksi yang umum dilihat antara lain rasa penasaran, bersemangat, takut, malu, kurang percaya diri dan lain sebagainya. Bahkan terdapat reaksi penolakan dari seorang anak ketika dia merasa takut atau tidak terbiasa dengan lingkungan barunya, seperti menangis histeris dan perlawanan ingin keluar dari kelas untuk terus bersama orang tuanya. Hal ini memperlihatkan perbedaan kemampuan anak dalam bersosialisasi.

Kemampuan anak dalam bersosialisasi dilandasi oleh latar belakang prilaku dan nilai-nilai yang setiap saat dilihatnya.  Atau dapat dikatakan pengalaman-pengalaman  anak pada lingkungan sebelumnya. Dalam hal ini adalah keluarga, karena keluarga merupakan agen sosialisasi primer atau utama bagi seorang anak. Anak yang dalam keseharianya terbisa dengan nilai agama yang baik, sopan santun dan ucapan-ucapan terpuji, maka akan tertanam pada karakternya perilaku yang baik, begitu pula sebaliknya.

Seorang anak dengan kemampuan sosialisasi yang baik akan mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, mudah mendapatkan teman karena sifat baiknya yang dominan, serta aktif dalam bekerjasama. Dalam proses belajar anak yang terbiasa diajarkan mandiri dan pantang menyerah dikeluarganya maka akan lebih muda menyelesaikan tugas-tugas serta pekerjaan yang diberikan.

Kesimpulannya, proses sosialisasi anak baik dalam keluarga ataupun kelompok sosial lainya, sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi. Hal ini menyangkut cara anak tersebut mengambil keputusan, bekerjasama dan beradaptasi di lingkungan yang baru.